Pages

Ads 468x60px

Mi(chu) Instant

Tulisan: Dananjaya Wija Putera (@wpdnn)

Pernahkan kalian membayangkan saat sebuah klub mendatangkan pemain yang sebelumnya sama sekali tidak dikenal fans dan pecinta sepakbola, dengan harga yang 'murah' tetapi langsung dapat memberikan pengaruh yang besar kepada timnya? Jawabannya adalah Michu!

Miguel Perez Cuesta. Pemain berusia 26 tahun asal Spanyol ini didatangkan dari Rayo Vallecano pada bursa transfer musim panas 2012/2013 pemain asal Spanyol ini sudah mencetak 18 gol dari 32 penampilan bersama Swansea. Sebelum pindah ke Swansea, ia pernah membela Real Oviedo dari tahun 2003 sampai 2007 sebelum pindah ke Celta Vigo pada musim 2007/2008. Pada musim 2011/2012 ia pindah ke Rayo Vallecano dan berhasil mencetak 17 gol dari 39 penampilan.

Saat pindah ke Swansea, banyak yang tidak mengenalnya. Ia mengukir namanya di hati fans Swansea sekaligus membuat banyak fans lain sakit hati. Manchester United, Chelsea, Arsenal, Liverpool, dan banyak tim lainnya sudah ia buat merasakan serangan mematikan dari pemain yang sebelum pindah ke Swansea mungkin sama sekali tidak dikenal.

'Natural Born Goalscorers' Iklan adidas untuk pemain-pemain yang mencetak banyak gol musim ini.
Sampai saat ini ia masih bersaing dengan van Persie, Luis Suarez, dan banyak striker top lainnya untuk mendapatkan gelar top skorer Liga Primer Inggris.

Sesuai dengan judul posting blog ini, Michu bagaikan mi instant yang langsung dapat menghilangkan rasa lapar saat dimakan, di Swansea, Michu memberikan dampak instan di musim pertamanya, dan bisa langsung memberikan gelar kepada Swansea saat melawan tim dari divisi ke-4 Liga Inggris di final Piala Liga (Capital One Cup), Bradford City.

2 Million Pounds. Overrated? If he's overrated, what about that 50 M Pounds striker who scored only 14 this season?

Wanna write for us? Kirim tulisan kalian ke wpdnn@gmail.com dengan subyek FAN OPINION dan mention @wpdnn atau @SeputarInfoBola apabila sudah mengirimkannya :)

-@SeputarInfoBola

You Can't Simply 'Copy' Barcelona's Style

Tulisan: Dananjaya Wija Putera (@wpdnn)


Barcelona memang menjadi klub yang sangat sukses dalam 4 tahun terakhir. Berbagai gelar telah mereka menangkan. Kompetisi domestik, Eropa, maupun dunia. Mereka juga sukses menghasilkan bakat-bakat berkualitas tinggi yang menjadi kunci keberhasilan Barcelona beberapa tahun terakhir.

Nama yang paling mencolok di antaranya, Lionel Messi, Xavi Hernandez, Andres Iniesta, dan berbagai nama lainnya yang dihasilkan akademi Barcelona, La Masia. Ketika ditanya tim mana yang memiliki akademi terbaik di dunia, mungkin mayoritas akan menjawab akademi Barcelona, La Masia.

Dalam 4 tahun terakhir mereka juga berhasil mengembangkan total football karya Johann Cruyff menjadi gaya permainan yang sangat dinikmati para fans Barcelona atau orang yang menonton pertandingan Barca. Bahkan, gaya permainan ini digunakan oleh tim nasional Spanyol dan menjadi negara nomor satu di dunia dalam hal sepakbola (walaupun ekonomi mereka sedang bermasalah).

Saat ini banyak tim yang mencoba untuk bermain seperti Barcelona. Mulai dari Swansea, Liverpool, dan banyak tim lainnya yang mencoba menggunakan tiki taka sebagai gaya permainan mereka. Tim apa lagi yang menggunakan gaya permainan Barcelona? Mungkin bisa dilihat dari tim yang mengutamakan penguasaan bola di lini tengah dan berusaha mencari ruang kosong saat lawan mencoba merebut bola dari para pemain.

Tapi dari sekian banyak tim yang mencoba, mungkin sampai saat ini belum ada tim yang sukses menggunakan gaya permainan tersebut. Swansea mungkin bisa dibilang sukses, namun ukuran dalam kesuksesan disini dilihat dari konsistensi tim di liga domestik, kompetisi-kompetisi domestik maupun Eropa, dan gelar yang berhasil diraih.
Apabila ingin bermain menggunakan gaya tiki taka sebuah tim harus memulainya secara perlahan namun pasti, gaya permainan ini tidak bisa diterapkan secara instan. Yang paling dekat dari keberhasilan ini adalah Swansea, apabila mereka konsisten, mungkin mereka mencicipi kompetisi Eropa musim-musim berikutnya, penyebabnya adalah filosofi Swansea yang digunakan saat ini sudah ditanamkan bahkans sebelum Brendan Rodgers menjadi pelatih, dan saat Rodgers mencobanya di Liverpool, terjadi sebuah shock di lapisan pemain Liverpool.

Sebuah tim yang terbiasa memainkan sepakbola kick and rush klasik dari Inggris tiba-tiba diminta untuk bermain pelan? No, you can't do that in just one season. Liverpool juga belum memilki pemain-pemain di lini tengah yang memiliki kualitas seperti Xavi dan Iniesta, pemain yang mampu mengendalikan permainan dan memberikan umpan-umpan yang matang dan terukur kepada penyerang yang akan kemudian menyelesaikan tugasnya di depan gawang.

Sekilas memang terlihat sempurna. Pasti banyak yang menganggap seperti itu, buktinya? Barcelona bisa dikatakan sebagai penguasa Spanyol dan Eropa dalam beberapa tahun terakhir.

Pemain-pemain mereka juga menjadi pemain kunci di tim nasional masing-masing. Xavi, Iniesta, Puyol, Pique, dan Busquets di Spanyol. Messi dan Mascherano di Argentina. Ada nama Dani Alves juga di Brasil, tapi mungkin perannya belum sebesar pemain-pemain Barcelona lainnya karena saat ini Brasil sedang mengalami penurunan.

Barcelona bisa dikatakan berhasil mengembangkan keseluruhan timnya tidak hanya dari tim senior, tim muda mereka juga dikembangkan dengan konsentrasi yang tidak berbeda. Tim muda Barca dikembangkan untuk menggantikan pemain-pemain senior mereka saat ini, dan mereka juga sering mendapatkan kesempatan bermain dan bahkan dipromosikan ke tim utama.

Ya mungkin kelemahan dari Barca saat ini ‘hanya’ terletak di sektor kiper dan pertahanan. Melihat Victor Valdes atau Jose Pinto memunggut bola dari gawangnya musim ini adalah sebuah hal yang klasik (walaupun Barca hanya mengalami 4 kekalahan di seluruh kompetisi musim ini).  Bek? Barca mudah terekspos dari sektor bek sayap. Dani Alves dan Jordi Alba mudah dilewati saat diserang dari bagian tersebut (bisa dilihat saat Milan mengalahkan Barca di San Siro).  El Shaarawy, K.P. Boateng, dan pemain-pemain lainnya yang menyerang melalui sektor tersebut hampir selalu memberikan ancaman ke gawang Barca.

Tim yang berhasil mengalahkan Barca umumnya juga berhasil memaksimalkan peluang melalui kelemahan yang dimiliki Barca (atau memang sedang beruntung). Conceding a goal from a counter attack, set-piece situation, or a fast attack is their main weakness right now.

Kelemahan lain yang sebenarnya harus diwaspadai Barca adalah tim yang terogranisir dengan baik. 4 kekalahan Barca musim ini semuanya diberikan oleh tim yang terorganisir, dan mengetahui kunci dan kelemahan dari permainan Barca. Celtic dan Milan menjadi dua tim yang paling disorot setelah berhasil mengalahkan Barca. Sebuah tim yang terorganisir dengan baik dapat mematikan permainan Barcelona.

Contoh paling ekstrim? Mungkin gol seorang Fernando Torres di Camp Nou yang membuat Chelsea lolos ke final Champions League dan menjadi juara. “Unbelievableeeee….” Kata yang diucapkan berulang-ulang oleh komentator pertandingan saat Torres tiba-tiba berlari sendirian dan melewati Valdes untuk mencetak gol yang membuat skor agregat menjadi 3-2 untuk Chelsea.

Hikmahnya? Tim apapun yang dikatakan sebagai tim terbaik pasti memiliki kelemahan di salah satu lininya. Barca tidak sempurna, tetapi memang bisa dikatakan sebagai tim terbaik saat ini. Kelemahan Barcelona seakan tertutup oleh permainan indah yang disajikan sepanjang pertandingan, dan tentunya jaminan adanya gol di pertandingan yang mereka jalani, often scored by the one and only Leo Messi.

Memang tidak mudah meniru gaya bermain Barcelona yang sudah disiapkan selama bertahun-tahun, menanamkan filosofi bermain indah kepada seluruh lapisan tim. Oleh karena itu banyak tim yang mencoba, namun kemudian gagal.

Sebuah gaya permainan yang dikembangkan melalui pemikiran jenius Johann Cruyff yang kemudian disempurnakan Josep Guardiola, yang kemudian berhasil membawa Barcelona meraih sangat banyak gelar dan akhirnya sukses (tentunya menarik fans dari seluruh dunia). Sebuah gaya permainan yang tidak bisa di copy dari Barca kemudian di-paste ke tim yang akan menggunakannya.
  

Sekian pendapat saya hari ini, kritik, saran, atau komentar kalian bisa kalian sampaikan di posting ini atau mention @wpdnn

Wanna write for us? Kirimkan tulisan kalian ke wpdnn@gmail.com dengan subyek FAN OPINION: (Judul Tulisan)
-@SeputarInfoBola

Not All Negative in Arsenal's Title Drought

Tulisan: Dananjaya Wija Putera (@wpdnn)

Arsenal. Sebuah tim di ibu kota Inggris, London. Sebuah klub tangguh yang terkenal dengan kemampuannya mencari dan mengembangkan bakat-bakat pemain muda. Robin van Persie, Theo Walcott, Jack Wilshere, dan berbagai nama top lainnya menjadi terkenal di dunia saat menggunakan jersey tim dari London tersebut.

Mereka memiliki banyak rekor dan gelar yang dapat dibanggakan, berbagai prestasi yang mengharumkan nama klub tersebut sehingga memiliki banyak pendukung di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Bahkan, mereka akan datang ke Indonesia pada tur pra-musim 2013/2014, sebuah berita yang sangat menyenangkan bagi Gooners seluruh Indonesia.

Tetapi saat ini, Arsenal kembali menghadapi masalah. Well, sebenarnya mereka sudah memiliki masalah ini sejak 7 tahun yang lalu. Masalah apa? Gelar. Mereka terakhir mengangkat trophy kompetisi bergengsi pada musim 2004/2005. Piala FA, kompetisi tertua Inggris tersebut menjadi trophy terakhir yang dapat diangkat pemain-pemain Arsenal sampai sekarang. Sudah berapa lama? 7 tahun, dan mungkin tahun ini akan menjadi tahun ke-8 kegagalan mereka mengangkat trophy.

Pemain-pemain Arsenal tertunduk lesu melihat para pemain Blackburn Rovers (klub yang baru saja terdegradasi dari Premier League musim lalu) merayakan kemenangan tipis -namun berharga- mereka di Emirates Stadium. Akibat kekalahan tersebut, Arsenal tersingkir dari Piala FA, kompetisi yang bisa dikatakan sebagai satu-satunya harapan para fans dan pemain Arsenal untuk mengangkat trophy setelah sekian lama tidak dapat merasakannya (kecuali jika Emirates Cup dan kompetisi pra-musim lainnya dihitung).

Saat ini, harapan Arsenal ada di Champions League. Bayern Munich menghadang jalan mereka, finalis Champions League musim lalu. Tersingkir? Kita tunggu saja tengah pekan ini. (Rabu 20 Februari pkl. 02.45 WIB di SCTV).

Selain gelar, mereka juga memiliki kebiasaan menjual pemain bintang yang sedang bersinar dan bisa dianggap sebagai kunci dan harapan Arsenal untuk meraih kesuksesan. Banyak yang menyalahkan Arsene Wenger (pelatih Arsenal selama 15 tahun terakhir) dan Ivan Gazidis (Chief Executive Arsenal).

Namun, masalah tersebut tidak bisa dilihat dari sisi negatifenya saja. Memangnya ada sisi positifnya? Tentu saja ada. Saat ini Arsenal termasuk salah satu klub tersukses, dari sisi ekonomi. Selain tiket pertandingan yang relative mahal, mayoritas pemasukan Arsenal didapatkan dari penjualan pemain, bukan, bukan dari sponsor mereka, Fly Emirates.

Saat ini, gelar sepertinya bukan fokus utama dari Arsenal, melainkan stabilitas keuangan klub. Aneh? Tentu tidak, klub yang keuangannya stabil akan terhindar dari peraturan terbaru UEFA, Financial Fair Play (FFP). Mungkin  Gazidis dan pejabat-pejabat Arsenal lainnya lebih mengutamakan hal tersebut, dibandingkan dengan usaha mendapaktan gelar? Who knows, Arsenal fans just have to wait 'till the end of the season to see if Arsene  'Arsenal' Wenger tetap menjadi pelatih atau harus berpisah dengan 'Meriam London'

Oh iya, kalian juga bisa terus mengetahui sudah berapa lama Arsenal puasa gelar disini: http://www.sincearsenallastwonatrophy.co.uk/

Wanna write for us? Kirimkan tulisan kalian ke wpdnn@gmail.com We'll post it ASAP!
-@SeputarInfoBola



 

Soccers Fans